Senin, 05 Desember 2011

Lagi, Cerita Titik-titik Hujan


Sumber Foto : Daeng Oprek SH., MPd

Titik-titik hujan itu punya cerita, bagaimana ia bercerita tentang seorang bujang yang sangat kedingingan malam ini akibat “harga” mahar itu sangat mahal, walau tak ada ketetapan harga atau tolok ukur namun tetap dinilai mahal, dari segi mana ke-mahal-an itu bersemayam?. “Kemampuan lelaki sebagai pembuktian dirinya”, itu yang kerap mereka katakan. Akankah ke-mahal-an itu jaminan menggapai bahagia atau takkan pernah bertemu kata “cerai”, pisah, atau perseteruan akibat utang untuk memenuhi mahar?.

Hujan kerap punya cerita, pada bulan november dan desember adalah musim “kawin” apakah kawin juga seperti buah-buahan yang mengalami musim?. Kurasa tidak, sebab dari penuturan pemerhati adat bahwa bulan ini adalah bulan “baik” untuk melaksanakan pernikahan, jadi bukan kawin tapi nikah. Tidakkah hujan tahu itu, mana kawin dan mana nikah, malah hujan telah menjadi saksi bagaimana gaya pelaku kawin berkolaborasi, lalu bagaimana ketulusan pelaku nikah menyandarkan keihklasan berbagi, lalu sangat tahu bahwa hal ini adalah sakral.

Namun hujan juga menjadi saksi lentiknya jemari seorang gadis saat menggenggam kesegaran yang terpancar. Dan sang gadis itu menelisik dari kejauhan, ia hendak menggapai angan-angan yang sedang bergemuruh di luar sana, lalu sang gadis itu menari bersama titik-titik hujan, tak ada pilihan lain hanya menari, berlari kesana-kemari, menikmati setiap tumpahan titik-titik yang lembut mengenai ubun-ubunnya.

Titik-titik hujan kerap bercerita, bercerita bagaimana seeokor itik yang ditinggalkan induknya berkamuflase menjadi kambing, walau semua tahu ia adalah itik, tapi bagaimana mungkin berkamuflase jika kambing saja takut pada hujan. Cerita yang membingungkan memang, inilah muntahan pena malam ini tentang hujan bersama titik-titiknya yang tak berkesudahan seperti air liur yang deras mengalir akibat ngiler, di sinilah pula-lah cerita tentang malam-malam yang membingungkan kembali terjadi pada seorang bujang. Titik-titik hujan pernah mengiringi kenangan masa lalunya, kenangan pada seorang peranakan india, kenangan bersama dengan indo-eropa yang juga menggemari hujan. Bahkan kenangannya bersama peranakan jawa-makassar yang berlenggak-lenggok jaipongan saat hujannya tetes demi tetes mengiringi gamelan. Titik-titik hujan di setiap tahunnya menjadi saksi perjalanan sang lelaki ini.

Titik-titik hujan masih ingin bercerita, tapi malam ini titik-titik hujan ingin menjadi saksi dulu tentang pena yang tergores di tiap malamnya, kelak titik-titik hujan mengikuti alur pena yang tergores itu dan terangkum dalam sebuah cerita utuh, cerita yang memuat titik-titik hujan.

DaO

Selasa, 29 November 2011

Ini Bukan Video Game Sodara!!!

Jumlah kendaraan di negeri ini semakin bertambah, terutama di Makassar, apalagi fasilitas kredit dengan mudahnya didapatkan, hanya bayar DP atau uang muka, mobil sudah siap dipakai. Otomatis jalan-jalan di Makassar pun begitu ramai, lihatlah pada sore hari dibeberapa titik terjadi macet. Dan hal ini berdampak psikologis bagi pemakai jalan, ada yang menggerutu tak karuan, kesal, dongkol dan mungkin juga merasa waktunya habis di jalan. Ini salah siapa?, sudahlah tidak baik mencari siapa yang salah, malah hanya akan memperkeruh keadaan, tapi lebih baik dan bijak bersama-sama mencari solusinya. Bukan begitu khan sebaiknya wahai Sodara?, semua komponen masyarakat perlu bersatu membuat Makassar tempat yang aman, nyaman dan ramah dalam berlalu lintas.

Jadi point utama dalam mencapai hal itu adalah pendidikan berlalu lintas, bagaimana semestinya bersikap di jalan raya, mengetahui rambu-rambu, berapa kecepatan maksimal saat berkendara, dan perlu diketahui juga bahwa manusia pada umunya hanya dapat menguasai kecepatan tidak melebihi 80 km/jam (pada sepeda motor entahlah kalau hitungan mobil berapa), bahkan 60 km/jam sudah sangat cepat bagiku. Pokoknya laju kendaraan harus masuk dalam kategori bisa dikontrol, soalnya jalan raya adalah jalan umum, jalan milik kita semua bukan jalan pribadi, belum lagi jalan-jalan di Makassar masih ada yang dalam taraf perbaikan, semoga cepat beres, kita berdoa saja Sodara.

Dan selain itu pula, secara kejiwaan atau emosi harus stabil, itulah mengapa sangat dilarang keras mengemudi dalam keadaan mabuk, dan tentu saja saat kita mengurus SIM (Surat Izin Mengemudi) ada beberapa tes, itu semua untuk meyakinkan anda agar benar-benar layak mengemudi di jalan raya atau layak berlalu lintas, sehingga semua aman, semua nyaman dan lancar.

Pernah aku menyaksikan sendiri bagaimana kecepatan tinggi itu merenggut korban, di jalan Urip Sumoharjo terdengar benturan keras, di sepanjang jalan orang-orang kaget, spontan saja mereka berlari ingin tahu kejadiannya, aku juga tidak ketinggalan penasaran ingin tahu dan kebetulan membawa kamera, sesampainya di tempat kejadian ternyata sudah ramai. Astagafirullah ya Allah, sungguh mengerikan, berikut fotonya.


Dari keterangan warga yang menyaksikan secara detail bahwa mobil tersebut melaju dengan kecepatan yang amat sangat kencang, belum lagi jalan di kisaran Urip Sumoharjo dalam perbaikan, ingin menghindari mobil lain, ehh...malah menabrak mobil yang lainnya, karena saking cepatnya mobil yang ditabrak juga terpelanting dan terbentur ke mobil yang satunya lagi, kecelakaan ini melibatkan empat mobil atau kecelakaan beruntun. Namun sayang, aku hanya bisa mengambil gambar mobil yang dekat dengan posisiku berada. Dan penyebab utamanya adalah mobil di atas lepas kendali dengan kecepatan tinggi. Lalu pengemudinya?, menurut warga setempat, amat sangat tipis kemungkinan hidup.

Aku tidak habis pikir, bagaimana dengan keluarganya?, bukankah mereka sedang mencari nafkah?, lalu kalau si pencari nafkah ini telah tiada, bagaimana nasib anak istrinya?, Ya Allah, lapangkanlah rezeki istri dan anak yang ditinggalkannya.

Lihatlah Sodara, berlalu lintas tidak seperti permainan video game yang nyawanya banyak, habis tabrakan bisa langsung diulang lagi, tapi ini adalah kehidupan nyata, nyawa anda adalah taruhannya, jadi sangat wajib berhati-hati, bukan hanya nyawa anda, tapi nyawa pengendara lain, jalan di sana, jalan di sini adalah jalan umum, jalan kita semua, marilah saling sipakatau bukan ugal-ugalan.

Ingat Sodara, ini bukan video game tapi kehidupan nyata. Sayangilah nyawa anda. bagaimana Sodara, setuju khan?.


Senin, 28 November 2011

The Rhythm Of Hujan

Hujan turun, turunlah hujan
Dimanakah perbedaan keduanya
Semuanya menemukan titik-titik senggama
Senggama pada tanah dan air,  senggama pada rindu dan kebekuan
Hujan november pernah bersaksi pada kenangan yang terseret
Terseret pada helaian rindu yang kian menggema
Saat nada-nada yang mendendangkan kesejukan
saat irama tak lagi bertaut pada volume titik-titik hujan
Tetap saja hujan menggariskan setiap bit raut wajahmu yang pernah tersenyum ikhlas
Apalagi saat dikau gemulai mengikuti irama hujan
menyeret batinku menggapai selendang dan gendang
kita menari seperti anak kecil lalu bibir-bibir membeku akibat terlalu lama hujan
Engkau tertawa, dakupun ikut menggelitik
rupanya kita ingin bersaing seperti film-film Bollywood
tapi nyatanya, mama papamu menarik-narik tanganmu agar segera pulang
Dan…
aku tinggal sendiri menatap kepergianmu
belum lagi suara keras itu membuat ingusku semakin meluber.
Oh…hujan telah menyisakan  irama
kupandangi, kutatap, lalu merenungi masa silam
semua punya cerita dan kali ini ceritamu telah berubah
Dikau menyesali irama hujan akibat sepatumu yang mengkilap kena lumpur
Tidak dikau tahu bahwa lumpur itu bisa menyuburkan tanaman?
Lalu dengan tanaman itu kita bisa menikmati buahnya, bahkan bertandang kala panas
Hujan, hujan, hujan
Izinkan kuputar lagu kesukaanmu mengiringi hujan hari ini.
semoga dikau mengingat iramanya.