Senin, 28 November 2011

The Rhythm Of Hujan

Hujan turun, turunlah hujan
Dimanakah perbedaan keduanya
Semuanya menemukan titik-titik senggama
Senggama pada tanah dan air,  senggama pada rindu dan kebekuan
Hujan november pernah bersaksi pada kenangan yang terseret
Terseret pada helaian rindu yang kian menggema
Saat nada-nada yang mendendangkan kesejukan
saat irama tak lagi bertaut pada volume titik-titik hujan
Tetap saja hujan menggariskan setiap bit raut wajahmu yang pernah tersenyum ikhlas
Apalagi saat dikau gemulai mengikuti irama hujan
menyeret batinku menggapai selendang dan gendang
kita menari seperti anak kecil lalu bibir-bibir membeku akibat terlalu lama hujan
Engkau tertawa, dakupun ikut menggelitik
rupanya kita ingin bersaing seperti film-film Bollywood
tapi nyatanya, mama papamu menarik-narik tanganmu agar segera pulang
Dan…
aku tinggal sendiri menatap kepergianmu
belum lagi suara keras itu membuat ingusku semakin meluber.
Oh…hujan telah menyisakan  irama
kupandangi, kutatap, lalu merenungi masa silam
semua punya cerita dan kali ini ceritamu telah berubah
Dikau menyesali irama hujan akibat sepatumu yang mengkilap kena lumpur
Tidak dikau tahu bahwa lumpur itu bisa menyuburkan tanaman?
Lalu dengan tanaman itu kita bisa menikmati buahnya, bahkan bertandang kala panas
Hujan, hujan, hujan
Izinkan kuputar lagu kesukaanmu mengiringi hujan hari ini.
semoga dikau mengingat iramanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar