Selasa, 18 Oktober 2011

Tak ada Penghalang Untuk Bisa Senang

Pada hari minggu, saat acara pernikahan teman di Soppeng atau lebih dikenal dengan daerah Kalong (Kelelawar), penulis mendapatkan tugas mengabadikan moment-moment yang sangat sakral itu, dengan kamera canon EOS 550D yang baru saja dibeli oleh kakak sang mempelai perempuan, dilengkapi juga dengan flash atau blitz tambahan yang memakai sumber daya dari Aki kecil, rakitan dari teman fotografer di Makassar. Baru kali ini memakai kamera yang sudah lumayan bagi seorang pemula seperti penulis, pasalnya selama ini belum pernah memakainya secara full, dan kali ini diberi kepercayaan membawa kamera itu seperti sudah milik sendiri, dengan belajar cepat mengoperasikannya alhamdullilah, foto-foto yang ada tidak jelek, dengan memakai setingan M yang bervariasi disetiap suasana serta untuk lensa di setting dengan MF dan kadang-kadang memakai AF jika mata sudah rabun, :). Dan intinya, jam terbang untuk menjadi fotografer memang harus banyak serta kreatif, jadi saya belum berani dikatakan sebagai fotografer walau banyak yang bilang di kampung itu “Wah fotografer”, halah…gayanya aja tuh, hehehe, padahal baru belajar, biar hasil yang berbicara bukan gaya dong, benar khan?. Tapi intinya tetap belajar, belajar dan belajar. Jadi saya lebih cocok atau lebih tepatnya mungkin disebut tukang foto, mungkin sama halnya dengan arsitek dan “tukang batu”.

Oke, kembali lagi dari judul tulisan ini, apa sih hubungannya dengan foto?, begini, saat jam istrirahat pemotretan, perhatian para undangan beralih ke panggung bukan pada pengantinnya, pasalnya di panggung yang sangat sederhana itu dan dilengkapi hanya elekton atau keyboard tunggal ada hal yang menggelitik bagi para undangan, namun penulis mengambil cara pandang tersendiri, bukan hanya bahan tertawaan bagi mereka, namun saya menarik kesimpulan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang gembira, senang dan saling menghibur, juga mencintai kedamaian serta kebahagiaan.

Dan satu hal yang menarik adalah bahwa, seorang anak yang katakanlah “tidak normal” sejak lahir, dia ikut bergembira menikmati musik yang disajikan oleh elekton sewaan di kampung itu. Bahkan dia ikut menari tanpa malu-malu, dan lebih ekstrim dia juga diajak bernyanyi walau musik dan vokalnya tidak mencapai tangga nada yang selaras, tapi kegembiraannya tetap jalan, namun sayang, ia menjadi bahan tertawaan. Dan saya pun tidak bisa berbuat apa-apa saat ia disuruh bernyanyi oleh salah satu biduan elekton itu, seharusnya dia tahu itu, malah menjadi bahan tertawaan. Lalu saya pun bergegas meninggalkan tempat itu dan merenung, bercanda boleh, menghibur boleh, tapi ada juga tatacaranya. Dari kejadian itu, aku segera mengirim sms ke beberapa teman yang isinya “Fren & bro, jika ada humor saya yg tdk berkenang, mohon dimaafkan ya, swear, ane cuman mau menghibur aja, kritik ya kalau humor ane kelewat batas, sadamda basemen,salam damai dan bahagia selalu menyertai,amin”. Entah kenapa saya mengirimkan sms ini, tapi hanya beberapa orang saja, pasalnya pulsa tidak mencukupi lagian di daerah itu tidak kutemukan penjual pulsa.

Jadi intinya, hikmah yang kudapat adalah, pada dasarnya manusia itu adalah makhluk bahagia, gembira, dan tanpa gejolak jiwa yang kronis, seperti yang ada pada anak yang “tidak normal” itu, jiwa manusia yang sesungguhnya ada padanya, ia tidak memiliki beban, ambisi dan juga hal-hal yang membuatnya harus melakukan monopoli, cobalah kita renungkan bagaimana jika seandainya semua manusia yang ada di bumi ini seperti mereka?. Untuk itu seharusnya ia diajak bergembira saja bukan untuk bahan tertawaan, dia juga manusia yang berhak bergembira dan terhibur. Bayangkan, si anak itu duduk berlama-lama dekat elekton itu hanya untuk mendengarkan bunyi-bunyian musik dan orang bernyanyi, nama si anak itu adalah “Selamat Datang”, ya, namanya memang begitu, mungkin ada sejarahnya sendiri, tapi saya belum mendapatkan informasinya. So, tak ada penghalang untuk bisa senang, bahagia dan menghibur diri.

Baiklah, saya sertakan hasil jepretan kejadian itu berikut ini :































1 komentar: