Selasa, 19 Juli 2011

Pencari Cinta Menjelang Ramadhan

Maka mulailah berguguran para pencari cinta, tapi tenang dulu, yang berguguran adalah rambutnya bukan semangatnya. sebab baginya cinta itu luas tidak sebatas layar monitor atau selebar mata memandang, tapi cinta selalu menaunginya kemanapun nafasnya berhembus. Bahkan penolakan dijadikan irama penyadaran, sesadar-sadarnya jika cinta takkan pernah berbohong sejengkalpun.

Di sana ia menemukan cinta, di situ ia diraih oleh cinta, bahkan diseberang sana ia pun disambut oleh cinta, apapun kini dilakukannya adalah karena berjalan bersama cinta, hidupnya selalu dinaungi cinta, dan saat ramadhan seluruh jejak-jejaknya selalu diikuti oleh cinta. Dan ia pun menyadari betapa indahnya bumi dengan semangat cinta melegakan, mengikhlaskan, merelakan keputusan bahkan pikiran alam bawah sadarnya dirasuki cinta.

Karena cinta pun banyak revolusi hati bergemuruh, demokrasi bersenandung, kapitalis mengais-ngais, komunis pun berbisik-bisik penasaran ingin merasakan indahnya cinta.

Lalu cinta terlukis abadi, tetap tersenyum dalam pusaranya, yang pada akhirnya semua menyadari cinta seperti itulah bentuknya, bukan seperti tomat yang asem, atau jeruk yang kecut, manggis yang hambar, melon yang basi, buah mengkudu yang manis nan wangi, tapi..., cinta tak pernah mengatakan apa-apa, atau cinta bukan masalah mood atau selera, walau keduanya mau saja ikut-ikutan bernaung hingga cinta dipaksa menjadi topeng lalu mengaburkan keberadaan cinta, maka cinta memandang langit kemudian menetap lagi di tempat bersemayamnya.

Terdengar seorang anak kecil menyanyikan lagu 'Kasih Ibu', "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia", lalu tetes air mata yang digerakkan oleh hati merambat secara perlahan-perlahan bagai tarian yang melambai kelembutan abstrak yang nyata.

Cinta tetaplah cinta, walau dunia kalang kabut, cinta masih mampu menggelitik, lalu bersama waktu cinta merambat memanggil-manggil karena butuh tempat yang ikhlas. cinta-cinta yang lain pun seperti demikian, mencari dan kerap terus mencari, walau sebenarnya ia tidak jauh-jauh amat bahkan jaraknya hanya sebatas sentuhan, sebatas ruang katup, atau sebatas imaji, imaji yang dahsyat.

Cinta pun membangunkan yang sudah lama tertidur, yang sudah sekian lama mabuk, yang kemarin saja menampar hatinya sendiri, cinta ingin mengajaknya lalu berkomat-kamit membaca mantra SADAMDA BASEMEN, salam damai dan bahagia selalu menyertai, amin.

*****
Daeng Oprek, SH., MPd, dari lubuk hati yang paling dalam memohon maaf pada semuanya, ini bukan pola ikut-ikutan karena banyak juga yang secara formal mengucapkan hal yang sama, tapi adalah salah satu terapi menjadikan hidup ini lebih indah, sebab Maaf yang ikhlas nan tulus adalah terapi yang manjur mencapai hidup damai dan bahagia tentunya, seperti semangat SADAMDA BASEMEN, mari saling memaafkan agar ramadhan nanti puasanya lebih konsen dan full barakah, menggapai pemaknaan yang semakin greget. amin

O ya... aku minta izin nge-taq ya, Dan Maaf lagi kalau tidak berkenang, inilah salah satu resiko bermain facebook, tak luput dari tag mentaq, yang penting ini bukan tagihan kartu kredit, hehehe..*kidding*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar